Saat Kapital Bicara

Di malam yang riuh akan longlongan
semilir angin dingin menusuk
Enggan ku beranjak dan melangkah
dari sini, dari pojokan jalan
khayalanku , mungkin..
Waktu masih enggan menjawab
untukku saat ini, besok , lusa, bulan
depan, tahun depan, entahlah..
Ingin ku berteriak, berontak, dan
paksa kamu
ya ,kamu..
benar kamu..
cuma kamu..
Rindu ini terasa menyakitkan , seperti
sebilah pedang yang sedang
menggorok manik leherku , terasa
pengap hingga aku sulit untuk
menghisap sisa-sisa oksigen yang
segar
O...
kenapa harus o.?
kenapa tidak p,
atau q?
ya, memang harus o jawabku
sendiri, aku jadi gila sekarang
terdiam, tertawa, terpaku tapi tidak
tersalib seperti yesus
ini benar-benar gila
Seperti saat kita jumpa pertama kali
beberapa tahun yang lalu, dan kamu
tidak tahu aku masih menunggumu
hingga hari ini , malam ini dan detik
ini
Indah mungkin, mungkin indah jika
kau disini,
lempar
tendang
buang jauh-jauh bayangnya yang
berputar-putar di otakmu,
sadar.!
apa perlu aku undang ki joko bodo
kesini biar kamu sadar dia itu bukan
milikmu,
aku menangis lagi dalam gelak tawa
kalian,
rumah
kamar
Tempat yang seharunya kau
pejamkan mata yang sudah pekat
ini,
ah nanti saja, aku masih enggan
berhenti memikirkanmu
Otakku pun telah terisi senyum
manismu,
cantik wajahmu, merdu suaramu,
dan lembut tingkahmu
aku memang tak bisa membuat puisi
indah seperti khairil anwar
kesukaanmu, bahkan puisi jelekpun
aku tak bisa buat.
lagi-lagi senyap
sunyi tak bergeming dengan harap
tanpa capai

Komentar

Postingan Populer