Filosofi lagu sluku-sluku batok

Sluku-sluku batok... Batoke ela-elo..
Si Rama menyang Solo.. Oleh-
olehe payung motho..
Mak jenthit lolo lobah..
Wong mati ora obah..
Yen obah medeni bocah.. yen urip
golek-o dhuwit..
Temang diatas sangat terkenal di
tanah jawa, yang diciptakan oleh
Wali Songo. Tembang tersebut
memiliki makna filosofis yang sarat
penuh hikmah, apa saja? Mari kita
bahas :
Sluku sluku batok berasal dari
Bahasa Arab : Ghuslu-ghuslu
bathnaka, artinya mandikanlah
batinmu. Membersihkan batin dulu
sebelum membersihkan badan atau
raga. Sebab lebih mudah
membersihkan badan dibandingkan
membersihkan batin atau jiwa.
Dalam lagu Indonesia Raya juga
mendahulukan jiwa lebih dulu :
Bangunlah jiwanya, bangunlah
badannya...
Bathoke ela-elo : batine La Ilaha
Illallah : maksudnya hatinya
senantiasa berdzikir kepada Allah,
diwaktu senang apalagi susah,
dikala menerima nikmat maupun
musibah, sebab setiap persitiwa
yang dialami manusia, pasti
mengandung hikmah.
Si Rama menyang Solo : Mandilah,
bersucilah, kemudian kerjakanlah
shalat. Allah menciptakan Jin dan
manusia tidak lain adalah agar
supaya menyembah,
menghambakan diri kepada-Nya.
Menyadari betapa besarnya
anugerah dan jasa yang telah
diperoleh manusia dan betapa
bijaksana Allah dalam segala
ketetapan dan pekerjaan-Nya.
Kesadaran ini dapat mendorong
seorang hamba untuk beribadah
kepada Allah sebagai ungkapan rasa
syukur atas nikmat yang telah
diterima. Manusia sendirilah yang
akan memperoleh manfaat ibadah
yang dilakukannya.
Oleh-olehe payung motho : Lailaha
Illalah hayyun mauta : dzikir pada
Allah mumpung masih hidup,
bertaubat sebelum datangnya
maut. Manusia hidup di alam dunia
tidak sekedar memburu
kepentingan duniawi saja, tetapi
harus seimbang dengan urusan-
urusan ukhrowi. Kesadaran akan
hidup yang kekal di akhirat,
menumbuhkan semangat untuk
mencari bekal yang diperlukan.
Mak jentit lolo lobah wong mati ora
obah, yen obah medeni bocah, yen
urip golekka dhuwit : Kalau sudah
sampai saatnya, mati itu sak
jenthitan selesai, habis itu tidak
bergerak. Walau ketika hidup
sebagai raja diraja, sugih banda-
bandhu, mukti wibawa, ketika mati
tidak ada yang dibawa. Ketika
masih hidup supaya berkarya, giat
berusaha.

Komentar

Postingan Populer